Harga emas dalam 4 bulan pertama tahun 2024 saja sudah naik setidaknya 14.56%. Termasuk cukup tinggi bila dibandingkan dengan asset konservatif lainnya. Alasannya tentu saja salah satunya karena digerakkan oleh tensi geopolitik dan ketidakpastian ekonomi dunia.
Pakar keuangan Robert Kiyosaki bahkan sejak jauh-jauh hari sudah memperingatkan agar masyarakat mulai membeli emas, perak dan bitcoin karena keruntuhan ekonomi sudah di depan mata.
Masih Aman
Peringatan seperti kiamat termasuk di dunia keuangan biasanya sudah lama sebelum hari kelabu tersebut benar datang. Bahkan beberapa pihak mengejek peringata tersebut dan terus berlanjut dengan langkah investasi saat ini yang sekejap kelihatan masih aman.
Mereka bahkan akan marah seandainya diperingatkan karena seakan yang memperingatkan tidak senang apabila mereka menjadi sukses. Sebut saja instrumen yang sempat viral seperti robot trading, investasi skema ponzi sekalipun sudah berulang sepertinya tidak bisa diperingati lagi.
Lalu bagaimana dengan hari ini?
Dengan kiblat ekonomi yang masih tertuju pada Amerika Serikat dengan Dollarnya kita tidak pernah bisa memprediksi secara pasti bagaimana dunia dengan sistem keuangan ke depannya. Sebut saja inflasi yang tinggi dengan Fed Rate yang sering men-drive keuangan dunia tetap diperhatikan pelaku pasar seluruh dunia.
Sekalipun ada gerakan dedollarization dengan diprakarsai negara BRICS yang terus bertambah anggotanya tetap tidak bisa menghilangkan peran US Dollar. Penyebabnya tentu saja karena tidak semudah itu mencari pengganti negara yang dapat menggantikan Amerika Serikat.
Negara yang kuat secara ekonomi seperti Republik Rakyat Tiongkok pun tidak dapat menggantikan peran Amerika, karena pemerintahannya bukan berdasarkan demokrasi yang sangat mudah dikendalikan secara diktatorisme.
Akibatnya sekalipun Dollar dicetak out of no where kekayaan mereka akan terus meningkat dan ini terlihat juga dalam harga saham Amerika.


Masih Pegang Rupiah?
Kalau dahulu di bangku sekolah ada istilah rajin menabung pangkal kaya dianggap kebenaran pada masa sekarang pepatah itu harus ditinjau ulang. Masalahnya adalah nilai Rupiah kalau diperhatikan makin menyusut. Kurs Rupiah saat ini saja sudah tembus 16.000/USD dan sepertinya masih akan melemah.
Sebagai warga negara tentu saja kita harus bangga dalam menggunakan mata uang Rupiah, tetapi kalau dipikir logika menabung dalam bentuk Rupiah dengan cara konvensional di bank kelihatannya tidak akan pernah membuat kita menjadi lebih kaya (minimal tidak menjadi miskin saja).
Selain itu kalau mengingat krisis ekonomi tahun 1998 saat itu terjadi yang namanya rush di mana terjadi penarikan uang secara besar-besaran karena panik. Saat itu akibat perilaku tersebut nilai Rupiah justru makin merana dan akibatnya bank-bank membuat aturan maksimal penarikan akibatnya masyarakat tidak bisa menggunakan uang yang menjadi hak mereka.
Geopolitik Global
Kembali pada harga emas, pada tahun ini ada beberapa peristiwa yang dinantikan dan mungkin kembali menggerakkan harga emas secara signifikan. Salah satunya adalah pada pemotongan FED Rate dan pemilu presiden di 5 November nanti.
Besar kemungkinan pemilu kali ini akan dimenangkan oleh Donald Trump akibat kekecewaan rakyak imbas krisis ekonomi di masa pemerintahan Biden empat tahun ini. Beberapa kebijakan seperti penghentian program CBDC atau dollar digital yang akan dijalankan oleh Trump.

Apabila benar sepertinya asset konvensional seperti emas akan kembali bersinar apalagi bila benar pemangkasan tingkat suku bunga segera diterapkan.
Isu lain seperti ketegangan dan perang di seluruh dunia yang tidak kunjung selesai dan bertambah pun sepertinya akan berperan pada pergerakkan harga emas yang positif.

Tentu sebagai penyimpan emas kita tidak pernah berharap terjadi masa chaos untuk menikmati kenaikan harga emas tetapi poinnya adalah apabila masa chaos tersebut tiba apakah kita sudah siap?


