Zaman sekarang sepertinya sudah tidak ada lagi orang yang menyimpan uangnya di bawah bantal. Selain karena sudah out of date menyimpan uang di bawah bantal akan merugikan karena tergerus inflasi.
Sebab hal itulah kebanyakan kita menempatkan hartanya dalam berbagai instrumen keuangan misalnya deposito, obligasi, asuransi, saham, atau bahkan dijalankan dalam sebuah bisnis.
Dari banyaknya pilihan tersebut sering yang menjadi pertimbangan adalah karena kita tidak punya waktu, tidak ada keahlian atau modal yang terbatas akhirnya lebih memilih mempercayakan dana kita untuk dikelola oleh “ahlinya”.
Sebagaian memilih mempercayakan hartanya dikelola orang lain karena rekomendasi dari kerabat, sahabat, atau bahkan review dari social media.
For where your treasure is, there will your heart be also.
King James Bible
Pada dasarnya mempercayakan harta untuk dikelola orang lain adalah hal yang baik tetapi kita perlu melihat kembali apakah harta kita dikelola oleh orang yang tepat.
Tepat di sini dalam artian selain orangnya harus cakap tetapi juga harus dapat dipercaya dan tidak menyelewengkan wewenang yang dipegangnya.
Sudah banyak cerita di tanah air perusahaan mulai dari reksadana, koperasi, korporasi dan lembaga-lembaga lainnya yang menyebabkan kerugian dari nasabahnya.
Baik dari oknum yang tidak jujur sampai bisnis model yang tidak masuk akal dengan sentuhan tipu-tipu/investasi bodong.
Berikut yang harus kita perhatikan bila mempercayakan harta kita untuk dikelola oleh orang lain.
#1. Perhatikan Orang Penting Di Dalamnya
Kredibilitas menjadi yang paling penting dari sebuah usaha. Tidak peduli seberapa menguntungkan atau pandainya seseorang bila pribadi yang terlibat di dalamnya tidak dapat dipercaya akan seperti kita menempatkan harta kita diujung tanduk.
Hindari perusahaan yang berpusat di daerah terpencil seperti Bermuda, Karibia, Seychelles karena menjadi indikasi pada suatu hari dana kita akan dilarikan.

Selain itu perlu juga kita mengecek track record orang kuncinya apakah ada terlibat kasus penipuan, penggelapan, korupsi dan sebagainya.
Terakhir penting juga kita melihat apakah mereka termasuk pribadi yang jujur dengan keluarganya. Bila kita percayakan harta kita pada pemilik bisnis yang terlibat perselingkuhan besar kemungkinan orang ini pun suatu hari akan tidak jujur dengan harta kita.
#2. Keuntungan Realistis
Alasan utama kita mencoba memutar uang atau mencari peluang mungkin salah satunya adalah karena inflasi. Tanpa kita mencari peluang keuntungan yang lain menyimpan uang kertas justru akan membuat kita tambah miskin.
Karena hal itu paper asset umumnya memberikan proyeksi return yang lebih menarik dari pada inflasi. Perlu kita pahami umumnya bila kita menjalankan sebuah bisnis potensi keuntungan sampai di atas 100% masihlah hal yang wajar.
Lain halnya bila bicara paper asset, keuntungan dalam setahun bila mencapai 10-20 persen sudah termasuk bagus sekali.

Kita perlu cermat bila ada usaha di mana kita cukup diminta setor modal dan ongkang kaki saja dan akan mendapat keuntungan lebih dari jumlah demikian.
Bila kita mau berpikir sejenak seandainya ada usaha yang memberikan keuntungan sebesar itu tentu lebih baik mereka meminjam dari bank saja dengan bunga lebih rendah dan tidak butuh berbagi keuntungan dengan kita.
#3. Tetap Ada Resiko
Seluruh harta ini seakan tidak berwujud karena hanya perwakilan saja dari asset yang sebenarnya. Bila laporan keuangannya baik nilai papaer asset juga akan naik begitu pula sebaliknya.
Harus kita pahami bahwa asset ini tetap rawan bila terjadi gejolak perekonomian atau politik selain faktor internal salah kelola yang tidak diungkapkan juga boleh berlaku.
Makin lama durasi likuidasi asset ini resiko makin besar, sesungguhnya tidak ada paper asset yang benar-benar risk free. Sebuah negara pun dapat saja status hutangnya menjadi default.
Penting bagi kita mereview kembali setiap tahun asset-asset kita dalam bentuk ini agar tidak merugi.
Di Indonesia sendiri memang sudah ada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BAPEBBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) yang membantu memfilter perusahaan yang sehat tetapi kelemahannya tetap ada.

OJK dan BAPEBBTI biasanya baru memberikan alarm bila ada laporan dan malangnya sudah terlambat karena sudah banyak korban.
Adalah tanggung jawab kita untuk mengamankan harta kita sendiri bukan pada lembaga atau pun regulasi pemerintah.
#4. Buat Alokasi
Pilih jangan hanya satu jenis asset yang kita tidak tahu pasti cara kerjanya. Ada baiknya kita juga tempatkan asset kita ke bentuk yang berbeda dari sisi resiko.
Sebagai contoh kita bisa menambahkan minimal 10% harta kita dalam bentuk precious metal (emas dan perak) sebagai proteksi. Selain itu tingkat resiko paper asset kita juga boleh diturunkan dengan melakukan diversifikasi.

Dengan diversifikasi harta kita menjadi relatif aman bila ada gejolak walaupun tentu saja dapat mengurangi potensi keuntungan kita.
Yang paling penting dari seluruh keputusan investasi adalah pelajari dahulu sebelum mengambil langkah apa pun apalagi kita memilih orang lain mengelolakan harta kita.

